Memilikipohon dan tanaman hijau di halaman masjid adalah bagian dari budaya Islam REPUBLIKA.CO.ID,ALBERTA -- Sebuah komunitas peduli lingkungan di Alberta, Kanada memulai misi mereka untuk menanam seribu pohon di lingkungan masjid. Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext 308. Phone: 021 780 3747 Fax: 021 799 7903
PemetaanKomunitas Sastra di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi bekerja sama dengan Litbang Harian Kompas, 1998. Pembacaan dan musikalisasi puisi bertajuk "Dunia Sastra Buruh" di Bentara Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, 1 Desember 1999.
Oleh ACEP ZAMZAM NOOR. AKHIR dekade 1980-an banyak muncul komunitas-komunitas sastra di daerah. Gejala ini menandai bahwa kegiatan sastra tidak lagi terpusat di kota besar seperti Jakarta, Bandung atau Yogyakarta. Munculnya komunitas-komunitas sastra di daerah ini selain ditandai dengan aktivitas menulis, membaca puisi dan diskusi dari para
BUKUORI PEMETAAN KOMUNITAS SASTRA DI JAKARTA, BOGOR, TANGERANG di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. Beli BUKU ORI PEMETAAN KOMUNITAS SASTRA DI JAKARTA, BOGOR, TANGERANG di BUKU SENI.
KomunitasSastra dan Dunia Baru. By Ahmad Farid. Sabtu, 23 Desember 2017. Seorang petugas mengamati foto penyair WS Rendra yang menjadi koleksi Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Jakarta, Jumat (2/9). Pusat dokumentasi sastra HB Jassin yang memiliki koleksi sekitar 300 ribu koleksi sastra yang terdiri dari buku fiksi dan non fiksi, naskah
w4Wj9sE. JAKARTA Waspada Karya sastra di tengah komunitas, ternyata mampu berkontribusi menciptakan kesejahteraan bagi komunitas sastra maupun anggota secara personal. Artinya, secara perekonomian nasional, karya sastra mampu menyumbang, paling tidak, penciptaan lapangan kerja di bidang seni dan sastra melalui industri kreatif. Hal itu menjadi salah satu bahan pengamatan menarik yang dilakukan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, di tahun ini. Penelitian dilakukan di Kota Surakarta dan Kabupaten Semarang dengan fokus pada keberadaan komunitas sastra Indonesia dalam rangka mempertahankan kelangsungannya dengan mengarahkan perubahan ke bidang industri kreatif. Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah, Ganjar, Senin 25/10 mengatakan, penelitian ini mempunyai tujuan mengungkap keberadaan komunitas sastra di Jawa Tengah yang mengarahkan kerja sastra ke industri kreatif sebagai alternatif penciptaan nilai ekonomi karya sastra sehingga mampu menghidupi komunitas bahkan personalnya. Di samping itu, strategi apa yang digunakan komunitas sastra dalam industri kreatif dapat diketahui. “Selain mengungkap pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut, dapat juga terungkap persoalan-persoalan yang lainnya, seperti model pendampingan dan sebagainya,” imbuh Ganjar. Kegiatan ini berupa penelitian lapangan. Data yang diambil merupakan komunitas sastra dan industri kreatif yang terdapat dua daerah di Kabupatem Semarang dan Kota Surakarta. Tim peneliti mendatangi komunitas-komunitas sastra yang berada di Kota Surakarta yang mengarah ke industri kreatif dan berpotensi ke arah industri kreatif. Tim melakukan wawancara mendalam terhadap komunitas sastra untuk mengetahui arah industri kreatifnya. Dalam wawancara, tim dengan komunitas sastra, tim juga mengamati lingkungan sekitar komuitas sastra berada. Maksud dari mengamati lingkungan ini, tim berharap mendapat juga gambaran nyata komunitas sastra dalam mempertahankan eksistensi komunitas. Bagaimana sarana dan prasarana yang dimiliki komunitas, kekurangan sarana dan prasarana apa selama ini, strategi apa yang digunakan, industri kreatif apa yang dikembangkan, dan sebagainya dapat terekam sepenuhnya sehingga dapat membuka jalan untuk mengetahui strategi apa yang digunakan komunitas dalam menutup kekurangan tersebut. Di samping wawancara dengan komunitas sastra, ada juga opini kepada sastrawan dan instansi terkait untuk mengetahui pandangan tentang komunitas dan industri kreatif. Hasil wawancara dengan pihak lain ini kemudian dikolaborasikan dengan strategi komunitas dalam industri kreatifnya. Pandangan sastrawan dan instansi terkait umumnya, positif, dalam artian komunitas mampu mempertahankan karya mereka dengan masuk ke dalam industri kreatif tanpa kehilangan jati dirinya. “Dan juga, mereka memandang mampu memberi nilai ekonomi pada karya sastra mereka,” imbuh Ganjar. Ada beberapa komunitas di Surakarta dan Kabupaten Semarang yang melakukan terobosan dengan industri kreatif yang mereka tawarkan kepada masayarakat. Dalam penelitian ini, industri kreatif yang dikembangkan komunitas sastra, antara lain bidang penerbitan, seni pertunjukan, dan film. Bidang penerbitan melakukan pengembangan konten dengan mewujudkan dalam bentuk buku, jurnal, majalah, dan sebagainya, seperti yang dilakukan oleh komunitas Pawon di Surakarta. Bidang seni pertunjukkan dengan mengembangkan konten temabng macapat diangkat dalam dunia pertunjukkan, hal ini patut diberi apresiasi mengingat tidak mudah mengangkat nilai-nilai budaya Jawa yang terkandung dalam tembang macapat kemudian dipertunjukkan kepada masyarakat. Dari hanya tembang-tembang Jawa menjadi sebuah pertunjukan drama, dan dipanggungkan ke pelosok desa-desa dengan tata dekorasi teater walau masih tampak sederhana, seperti yang dilakukan Teater Hening Kabupaten Semarang. Bidang film melakukan pengembangan konten dengan mengangkat cerita-cerita rakyat daerah dan melakukan pemutaran film di desa-desa pelosok. Selain menghibur, konten yang diangkat juga memberi edukasi kepada masyarakat. Hal ini dilakukan oleh komunitas sastra kembanggulo. Dari beberapa bidang industri kreatif, ditemukan pola-pola strategi yang dipengaruhi oleh kemajuan kota terkait teknologi, di Surakarta menggunakan teknologi modern yang menghasilkan industri kreatif yang berciri modern penerbitan dan percetakan dan film, di Kabupaten Semarang menggunakan pola tradisional dengan kekuatan tokoh dalam pertunjukkan. Penelusuran komunitas-komunitas sastra yang tim lakukan di masa pandemi Covid-19 menjadi kendala dan tantangan tersendiri yang tim hadapi. Dengan segala keterbatasan waktu dan dana, tim menuju daerah yang notabene daerah pandemi. Tim hanya mampu mengunjungi komunitas sastra yang sudah dikenal saja untuk menjaga kesehatan covid-19 dan keefisienan waktu. Komunitas-komunitas sastra yang lain belum sempat tim kunjungi akibat covid-19. “Penelitian ini idealnya berkelanjutan, apalagi tahun ini bidang kesehatan tidak memungkinkan, tahun depan masih dibutuhkan penelitian lagi. Karena, memang sangat penting bagi pengembanagn komunitas sastra sendiri dan pemerintah dalam menentukan kebijakan terhadap ekonomi kreatif di bidang sastra,” tandas Ganjar. J02
Kongres Komunitas Sastra Indonesia III dan Seminar Sastra Nasional Kongres Komunitas Sastra Indonesia III dan Seminar Sastra Nasional Kongres Komunitas Sastra Indonesia III dan Seminar Sastra Nasional Kongres Komunitas Sastra Indonesia III dan Seminar Sastra Nasional Kongres Komunitas Sastra Indonesia III dan Seminar Sastra Nasional Kongres Komunitas Sastra Indonesia III dan Seminar Sastra Nasional Memasuki usia ke-20 tahun, Komunitas Sastra Indonesia KSI menggelar Kongres Komunitas Sastra Indonesia III di Kota Tangerang Selatan Tangsel, Banten, pada 8-10 Januari 2016. Selain pemilihan pengurus KSI periode 2016-2019 sebagai agenda utama, kongres juga diisi seminar sastra nasional dengan tema “Kembali ke Literasi Peta dan Prospek Penerbitan Komunitas Sastra di Indonesia”. Kongres dan seminar sastra ini menjadi pijakan untuk membangun kegembiraan berorganisasi dan berkarya di dalam komunitas sastra. Dua puluh tahun lalu, KSI merupakan komunitas sastra yang kecil, tapi terasa lapang. Berbagai aktivitas sastra dilakukan secara gembira dan guyub. Sekarang, KSI menjadi komunitas sastra yang tergolong besar dengan cara pandang dan latar belakang para anggota yang beragam. Keragaman tersebut bukan penghalang untuk membangun kegembiraan berorganisasi dan berkarya. Salah satu yang ingin ditekankan KSI ke depan adalah satu hal mendasar bagi komunitas sastra, yakni tradisi literasi yang bermuara pada penerbitan buku. Sejak 1996, Komunitas Sastra Indonesia KSI berupaya mendorong pertumbuhan dan perkembangan sastra Indonesia ke arah yang lebih sehat dan kondusif untuk ikut melahirkan para penulis baru dan karya-karya yang bermanfaat bagi masyarakat dalam perkembangan sastra Indonesia. Berbagai kegiatan telah dilakukan KSI, baik di tingkat pusat maupun di tingkat cabang. Mulai dari diskusi, bengkel penulisan, seminar, penelitian, penerbitan buku, sayembara penulisan, pementasan, pemberian penghargaan, hingga kegiatan kepedulian sosial, baik dalam skala terbatas maupun skala yang lebih luas, termasuk skala internasional, seperti menyelenggarakan Jakarta International Literary Festival JIL-Fest. Berbagai kegiatan tersebut diselenggarakan secara swadaya oleh para anggota dan pengurus KSI sendiri atau bekerja sama dengan banyak pihak. Selama ini, KSI telah bekerja sama dengan lembaga atau instansi pemerintah pusat atau daerah, badan usaha milik pemerintah pusat atau daerah, badan usaha swasta nasional, lembaga swadaya masyarakat, komunitas budaya, komunitas seni, dan komunitas sastra lain, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Dengan semakin maraknya kegiatan Budaya tentunya semakin meningkatkan rasa cinta kepada Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia. Artikel Terkait
kota menjadi sumber inspirasi dari sastraJakarta ANTARA - Festival tahunan Jakarta International Literary Festival JILF 2022 akan mengangkat tema "Kota Kita di Dunia Mereka Kewargaan, Urbanisme, Globalisme" yang berlangsung pada tanggal 22-26 Oktober 2022 di Taman Ismail Marzuki yang baru direvitalisasi. Direktur Eksekutif JILF 2022 Avianti Armand mengatakan festival ini penting untuk meramaikan lagi pusat kesenian, sebuah tempat publik yang punya wajah baru setelah revitalisasi. Selain itu, situasi juga kian kondusif meski pandemi COVID-19 masih terjadi di mana masyarakat sudah berani beraktivitas di luar rumah. "Itu adalah hal yang perlu dirayakan, tidak ada yang lebih menarik selain merayakannya dengan festival," kata Avianti di konferensi pers di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis. Baca juga Festival Film Madani bawa keberagaman budaya Muslim dalam tema "Ufuk" Tema festival, yang sebelumnya digelar daring akibat pandemi, dipilih untuk merefleksikan hubungan antara kota dan sastra yang erat. "Bagaimana kota menjadi sumber inspirasi dari sastra, bagaimana sastra membuat warga memiliki pembacaan berbeda terhadap kota, punya imajinasi yang lebih kaya terhadap kota," tutur dia. Manneke Budiman, Grace Samboh, dan Mario F Lawi yang punya latar belakang berbeda menjadi kurator dan, kata Avianti, membuat proses kurasi dan pembangunan narasi menjadi beragam. Jakarta International Literary Festival digagas oleh Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta DKJ dengan semangat mengetengahkan wacana literasi Selatan-Selatan untuk membuka mata sastra dunia akan pentingnya menyeimbangkan distribusi dan apresiasi sastra global. Di seluruh penjuru bumi, kota adalah sebuah tempat perubahan dan kecenderungan globalitas adalah niscaya. Dalam catatan kuratorial yang disusun oleh Manneke Budiman, Grace Samboh dan Mario F Lawi, menyebutkan bahwa di kawasan khatulistiwa, baik dalam sudut pandang Selatan Global ataupun Dunia Ketiga, perubahan kota yang didominasi dengan meleburnya sistem kapital dunia dan sistem kenegaraan ini cenderung berakibat penyeragaman akan siapa yang berhak hidup di ruang kota dan siapa yang berkewajiban menghidupi ruang kota. Ketua DKJ periode 2020-2023 Danton Sihombing mengatakan perhelatan ini tonggak penting bagi Jakarta untuk menjembatani dialog kesusastraan dunia. Menurut Danton, JILF menjadi salah satu cara untuk melihat secara kritis bagaimana kesusastraan di dunia beroperasi dan terbentuk. "Tujuan penting dari JILF adalah membuka sekat-sekat yang membatasi sastra antarnegara Selatan dan Sastra Selatan dengan dunia internasional dengan cara membaurkan kelompok-kelompok yang selama ini terabaikan dan selanjutnya bersama membangun dialog," katanya. DKJ berharap Jakarta International Literary Festival menjadi ruang pertukaran gagasan dan diplomasi budaya sastra, serta sekaligus menjadikan Jakarta sebagai titik penting sastra dunia. Sementara itu, Ketua Komite Sastra DKJ Hasan Aspahani mengatakan JILF adalah tradisi yang wajib dipertahankan. Ia mengemukakan sejumlah sastrawan dipilih oleh tim kurator, dengan pertimbangan keberagaman jendela kota yang telah dan akan mereka bukakan. "JILF tahun ini ingin membumikan pertanyaan dan harapan-harapan itu. Akan hadir beberapa komunitas, sastrawan, pegiat literasi, yang berupaya dengan sumber daya sendiri menjadikan sastra sebagai jalan untuk memperindah kehidupan," kata Hasan. Festival ini akan menghadirkan 25 penulis, 11 komunitas, dan 41 program acara yang berlangsung dari pagi hingga malam di Taman Ismail Marzuki. Selain diskusi, akan ada pasar buku, pembacaan karya, dongeng anak, gerai kopi, pameran, pertunjukan teater, dan musik. Selama lima hari festival berlangsung, berbagai program diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki, yaitu di Galeri Emiria Soenassa, Selasar Gedung Ali Sadikin, Galeri Annex, Teater Wahyu Sihombing, dan Cafetaria Planetarium. Program-program tersebut di antaranya adalah Author’s Forum, Reading Night, Pameran JILF, Book Fair JILF x Patjarmerah, Community Projects, Pertunjukan Teater Satu Lampung dan Studi Kolektif Koridor Miring, Pembacaan Puisi, Diskusi, dan Fringe Event Ngopi Sore Tempo, Komunitas Bambu & Moli Kobam, Pustaka Bergerak, Food Truck, dan Tur Wisata Raden Saleh. JILF 2022 juga bekerja sama dengan berbagai komunitas di Indonesia dalam program Community Projects. Komunitas-komunitas ini adalah Kelompok Pencinta Bacaan Anak, Lingkar Studi Sastra Denpasar, Danarto dkk, Komunitas Gubuak Kopi, Katakerja. Juga Klub Buku Petra, Abi ML Studio Klampisan, dan Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Sejumlah penulis dan penyair terlibat dalam festival ini, di antaranya Dea Anugrah, Irwan Ahmett, Tita Salina, Titiso Kour-Ara, Saras Dewi, Rio Johan, Bernice Chauly, Zaky Yamani. Selain itu juga ada Alexandra de Araújo Tilman, Ben Sohib, Sandra A. Mushi, Evi Sri Rezeki, Warsan Weedshan, Margareta Astaman, Ama Achmad, Raudal Tanjung Banua, JJ Rizal, Michael Pronko, dan Esha Tegar Putra. Baca juga DKJ cermati proses seniman unggul di Jakarta Baca juga Seniman DKJ harapkan ada gerakan ritus budaya di pesisir Jakarta Utara Baca juga Seniman DKJ gemakan kolaborasi atasi masalah pesisir Jakarta UtaraPewarta Nanien YuniarEditor Alviansyah Pasaribu COPYRIGHT © ANTARA 2022
komunitas sastra di jakarta